Pesona Cinta Emilia

     HARI ITU, Adrian datang ke pasar kerajaan dengan langkah mantap, diiringi oleh rombongan kerajaannya yang setia. Wajahnya yang gagah bercahaya di bawah sinar matahari pagi, memancarkan aura kekuasaan dan pesona. Para pedagang dan pengunjung pasar langsung terpikat oleh kehadiran sang raja yang begitu memukau melupakan sisi kejam dan tirani yang melekat selama ini.

Di antara keramaian pasar, mata Adrian tertarik pada sebuah toko bunga yang dikelola oleh seorang wanita bernama Emilia. Rambut Emilia yang terurai panjang dan wajah cantiknya berhasil mempesona hati sang raja. Dengan pakaian sederhana yang dia kenakan, Emilia tampak lembut, ramah, dan ceria dalam melayani pelanggan-pelanggan di tokonya.

Adrian yang tidak biasa berperasaan seperti ini, merasa hatinya berdebar saat dia mendekati toko bunga Emilia. Namun, Emilia sama sekali tidak menyadari siapa sebenarnya pelanggannya yang baru saja datang. Dia melayani Adrian dengan ramah seperti pelanggan biasa, tanpa memperdulikan status sang raja yang memiliki kedudukan tinggi.

"Selamat datang di toko bunga Emilia. Bagaimana aku bisa membantu kamu, Tuan?" sapa Emilia dengan senyum lembutnya saat Adrian memasuki toko.

Adrian terkesima oleh suara Emilia yang merdu dan senyumnya yang memikat. Dia terpesona oleh kelembutan hati Emilia yang terpancar dari matanya.

"Aku terpesona oleh keindahan toko bungamu," ujar Raja Adrian dengan penuh perasaan, sambil memandangi bunga-bunga indah yang ada di dalam toko tersebut. "Namun, aku rasa bunga-bunga di sini tidak seindah pemilik tokonya."

Emilia tersipu malu mendengar pujian itu. Dia merasa terhormat karena mendapat pujian dari seorang raja.

"Oh, Tuan, kamu terlalu berlebihan," jawab Emilia sambil tersenyum. "Bunga-bunga di sini hanya hasil kerja kerasku dan beberapa orangku."

Adrian tersenyum, kagum dengan kerendahan hati Emilia. Dia merasa tertarik pada kepribadian Emilia yang penuh pesona dan cerdas. Mereka berdua terlibat dalam percakapan yang semakin menarik, berbicara tentang bunga, keindahan alam, dan kebaikan hati.

"Emilia, namamu yang indah sejalan dengan dirimu yang begitu cantik dan penuh pesona," ucap Adrian dengan nada lembut, sambil memandangi mata Emilia yang berkilau.

Emilia terkejut mendengar ucapan Adrian. Dia tidak bisa menahan hatinya yang kini berdebar-debar kencang. Terlebih saat dia menyadari bahwa dia tengah berbicara dengan seorang raja.

"Terima kasih, Tuan,maksudku, Yang Mulia," ujar Emilia sambil tersenyum. "Namun, saya hanyalah seorang penjual bunga biasa di pasar ini."

Adrian tersenyum lebar. "Janganlah merendahkan dirimu sendiri, Emilia. Kau adalah permata yang langka. Pesonamu tidak tertandingi dan kebijaksanaanmu sangat menawan. Aku benar-benar terpikat."

Emilia tidak pernah membayangkan bahwa seorang raja seperti Adrian akan memandangnya lebih dari seorang penjual bunga biasa.

"Dan sejak kapan kau tahu bahwa aku seorang Raja Negeri ini?"

Emilia menampilkan senyuman paling memikat pada Adrian. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu? Yang Mulia Raja Adrian, Raja dari Kerajaan ini," jawab Emilia dengan tenang.

Adrian makin terpesona oleh kerendahan hati dan kecerdasan Emilia. Dia merasa semakin tertarik pada wanita cantik di hadapannya. Dia ingin mengenal Emilia lebih dalam, tetapi dia juga harus berhati-hati karena dia adalah seorang raja. "Namun, kau tidak terkesan atau takut akan keberadaanku. Kau melayaniku dengan ramah seperti kau melayani pelanggan biasa. Mengapa begitu?"

Emilia tersenyum lagi. "Yang Mulia, di toko bunga ini bagiku semua pelanggan adalah sama. Kecantikan bunga dan keceriaan hati pelanggan adalah yang utama. Status atau jabatan seseorang tidaklah penting. Selain itu, Aku percaya bahwa kebaikan dan keramahan harus diberikan kepada siapapun tanpa pandang bulu," kata Emilia membuat Adrian terkesima.

"Sungguh, kau sangat istimewa, Emilia," ucap Raja Adrian dengan penuh kagum.

"Terima kasih atas pujiannya, Yang Mulia. Namun, sekali lagi, Aku hanyalah seorang penjual bunga biasa di pasar kerajaan ini."

Raja Adrian menggelengkan kepala. "Tidak. Tentu saja tidak. Kau lebih dari itu. Kuharap Aku bisa mengundangmu ke kerajaanku kapan-kapan."

Adrian tersenyum puas saat meninggalkan toko Emilia. Dalam hatinya dia berjanji untuk mengunjungi toko itu lagi sesegera mungkin.


Komentar